Ngopi Bareng Rekan-Rekan Blogger Medan Community (BMC) di Omerta: Secuil Pelajaran Tentang Kopi dan Blogging

"Di Omerta, biji kopi baru digiling, diseduh, dan disajikan kepada pelanggan untuk menjaga kualitas, rasa, dan aromanya. Terkadang, beberapa pelanggan datang ke Omerta, yang satu memesan kopi, dan yang lain tidak. Ketika aku membuat kopi, aromanya menyerbak dan tercium ke seluruh ruangan. Tadinya si pelanggan ini nggak memesan kopi, jadi tersugesti, penasaran, dan akhirnya ikut memesan kopi. Itulah salah satu daya magis kopi." (Denny Sitohang, pemilik Omerta Store & Cafe).

Malam itu, Sabtu (2/11/2013) selepas Magrib saya ditemani istri bergegas menuju ke Omerta Store & Cafe, kedai kopi sederhana yang berlokasi di Jalan Wahid Hasyim No.9, Kota Medan, untuk memenuhi undangan terbatas Denny Sitohang, pemilik Omerta sekaligus rekan saya di Blogger Medan Community (BMC). Katanya sih untuk icip-icip kopi dan nongkrong bareng. Nyatanya bagi saya, momen ini merupakan kesempatan untuk bertatap muka langsung dengan rekan-rekan anggota BMC yang biasanya hanya bisa bertegur-sapa dan berbagi informasi melalui dunia maya.

Pukul 20.00 WIB, saya tiba di Omerta yang saat itu gelap gulita karena pemadaman listrik. Di sana pula telah menunggu tiga orang rekan BMC di samping Bang Denny sendiri, ada Yoga, Rudi, dan Karim. Obrolan ringan nan spontan pun segera mengalir, diselingi candaan dan terkadang tawa. Obrolan pun terasa makin seru ketika Bang Denny mengeluarkan gelas-gelas kosong, dua botol air mineral, dan sebuah alat bernama French Press dengan Kopi Dolok Sanggul berjenis Arabika terendam di dalamnya. Segera saja pria berumur 38 tahun yang identik dengan jambangnya ini menjelaskan panjang-lebar perihal kopi, ketertarikannya kepada kopi dan seluk-beluk barista (ahli pembuat kopi).

Menurutnya, ada perbedaan cara mengkonsumsi kopi antara mayoritas orang Indonesia dengan orang Eropa, khususnya di Italia. Di negeri pizza, mereka meminum kopi dalam keadaan panas setelah disajikan, jika dirasa kurang, mereka akan memesan lagi. Berbeda dengan orang Indonesia yang betah nongkrong selama berjam-jam hanya dengan ditemani secangkir kopi.
"Untuk menghindari asam lambung, minumlah kopi segera setelah disajikan dalam keadaan panas, jangan menunggu dingin, karena semakin lama kopi dibiarkan, semakin naik asamnya," katanya sambil menyajikan Kopi Dolok Sanggul bebas ampas yang disajikan dari French Press.

Ngopi Bareng Blogger Medan Community (BMC) di Omerta Koffie
Saya dan rekan-rekan Blogger Medan Community (BMC) saat nongkrong dan ngopi bareng di Omerta. Dari kiri-kanan: Rudi, Denny, Yoga, Karim, dan saya.

Saya bukan penikmat kopi dan saya juga bukanlah pencandu kopi, apalagi jenis kopi hitam. Saya baru merasakan kopi hitam yang sangat nikmat ketika berada di Takengon, saat mengikuti touring keliling Aceh bersama rekan-rekan klub motor tahun 2011 lalu, namanya Kopi Gayo. Setelahnya, saya tak pernah merasakan lagi kenikmatan yang lebih atau paling tidak setara, dan memang saya juga jarang meminum kopi. Malam itu, saya menemukan bukan hanya rasa kopi yang setara nikmatnya, namun juga ternyata saya baru mengetahui bahwa varietas Kopi Sumatera adalah salah satu yang terbaik di dunia. Bonusnya saya mengetahui langsung cara pembuatan dan menambah banyak sekali pengetahuan tentang kopi.

Ketika sedang asyik mengobrol, listrik pun menyala. Segera saja kesempatan ini kami gunakan untuk menyaksikan langsung proses penyeduhan kopi. Kali ini menggunakan teknik dripper dengan penyaringan menggunakan filter kertas. Jenis kopi yang disajikan kali ini adalah Kopi Toraja yang konon aroma dan cita rasanya paling mendekati Kopi Sumatera.

Pertama-tama seduh air mineral hingga mendidih (suhu terhitung 100 derajat Celcius), kemudian tuangkan air panas tersebut ke dalam cangkir untuk proses pre-heating selama sekitar satu menit: tujuannya agar temperatur pada cangkir sama dengan air yang akan digunakan untuk menyeduh kopi. Diamkan air panas selama sekitar semenit untuk mendapatkan suhu ideal menyeduh kopi (95 derajat Celcius). Sementara itu, kertas filter juga disiram air panas untuk menghilangkan aroma kertas, barulah kemudian air panas dituangkan ke dalam teko dripper yang telah diisi bubuk kopi sambil disaring menggunakan kertas filter. Kopi nikmat tanpa ampas pun siap disajikan panas-panas menemani obrolan di malam yang semakin larut dan dingin.

Ketika saya tanya kenapa harus air mineral, Denny menjawab, "Sejumlah penelitian oleh para ahli kopi menemukan bahwa air mineral mengandung senyawa yang paling tepat untuk menyeduh kopi sehingga menghasilkan aroma dan rasa yang lebih nikmat." Namun, setelah membaca beberapa literatur, ternyata penggunaan air mineral untuk kopi juga berhubungan dengan kesehatan. Air suling atau air keran dipercaya banyak mengandung klorin yang berbahaya bagi kesehatan, sebaliknya air mineral mengandung mineral yang baik untuk tubuh.

Ngopi Bareng Blogger Medan Community (BMC) di Omerta Koffie
Menikmati cita rasa Kopi Toraja di Omerta
 
Omerta

Diambil dari istilah yang populer melalui novel berjudul sama karya Mario Puzo; merupakan sumpah di antara para anggota mafia untuk menutup mulut dan menjaga rahasia. Omerta Koffie—begitu kedai ini biasa disebut—belum genap setahun didirikan. Ketika saya tanya makna dari 'Omerta' sendiri sebagai nama kedai kopi yang didirikannya, Bang Denny dengan bijak menjawab bahwa Omerta dimaksudkan untuk menjadi tempat di mana pelanggan bisa berkumpul dan ngopi bersama para sahabat maupun relasi membahas tentang apapun, mulai dari bisnis, hobi, hingga rahasia di antara mereka. Semua bebas dibahas di Omerta dan untuk hal-hal yang sifatnya rahasia, tak ada yang lebih nikmat selain membahasnya sambil ngopi, dan hanya sebatas di Omerta. Selain itu, definisi Omerta sendiri berkaitan erat dengan rasa persahabatan, solidaritas, dan loyalitas yang tinggi, karenanya Omerta Koffie diharapkan bisa menjadi sahabat bagi para penikmat kopi untuk menemani waktu mereka menyesap aroma dan meneguk cita rasa kopi berkualitas tinggi.

Selain Kopi Dolok Sanggul dan Kopi Toraja yang kami nikmati malam itu, Omerta Koffie juga menyediakan jenis Kopi Sidikalang, Kopi Mandheling, Kopi Lintong, maupun Kopi Gayo. Semua jenis kopi di Omerta berupa biji kopi yang disimpan dalam wadah kedap udara dan hanya akan diproses saat pelanggan memesan untuk menjamin cita rasa dan kesegarannya. Selain itu, Omerta Koffie juga menyediakan Kopi Luwak, Longberry, Kopi Jantan (Peaberry), dan Robusta. Lalu, jika Anda cukup beruntung, maka Anda bisa mencicipi nikmatnya kopi varietas impor dari Meksiko atau Kolombia. Jumlah stok atau persediaan biji kopi di Omerta Koffie juga sengaja dibuat terbatas untuk menjamin kualitas kopi selalu fresh dan bermutu tinggi. Anda bukan penikmat kopi? Tenang saja, Anda bisa tetap belajar tentang kopi pada ahlinya sambil memesan teh.

Desain interior yang diterapkan di Omerta Koffie juga terbilang unik. Interiornya dipilih dengan gaya klasik-tradisional, menggunakan meja bekas mesin jahit klasik lengkap dengan ayunan kakinya, dan kursi-kursi yang terbuat dari kayu, pun demikian dengan meja bar dan rak yang digunakan. Untuk penghias dinding, pria berperawakan tinggi-kurus ini memilih poster-poster bertemakan otomotif retro, disesuaikan dengan kegemarannya selain kopi.

Ngopi Bareng Blogger Medan Community (BMC) di Omerta Koffie

Denny Sitohang, Kopi, dan Barista

Ketertarikannya pada dunia kopi yang mendorongnya kemudian menjadi seorang barista sebenarnya dimulai sekitar setahun lalu.  Bagi pria yang sedang menanti kehadiran buah hatinya yang pertama ini, mempelajari kopi merupakan sebuah hobi yang memiliki keunikan tersendiri. Baginya, mempelajari seluk beluk kopi dan mencari kopi dengan kualitas terbaik tak memiliki titik henti.  "Semacam pencarian tanpa akhir, setiap hari selalu aja ada yang baru untuk dipelajari tentang kopi, itulah yang buat aku betah dan selalu ada aja kopi-kopi terbaik yang ditemukan setiap saat, " ujarnya dengan logat Medan yang kental.

Pengalamannya sebagai mantan wartawan juga sedikit-banyak membantunya menyusun literatur dan referensi tentang kopi, mungkin itu juga yang membuatnya memiliki pengalaman di bidang jurnalisme. Nasihatnya kepada kami saat itu: menulis blog yang terpenting adalah konten dan keberanian untuk menawarkan sesuatu yang berbeda dari apa yang ditawarkan blogger lain, urusan pendapatan dari blog itu tak terlalu penting. Setiap blogger harus menghargai kerja keras dan karya yang telah diciptakannya dalam bentuk tulisan yang bermutu, bukannya sibuk mencari uang dari blogging.

Ketika saya tanyakan mengenai pengalaman dan ketertarikannya di bidang jurnalisme, alumnus Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara (USU) ini mengatakan awal mulanya dia ingin bekerja tanpa terikat waktu. Kemudian mengenai pengalamannya sebagai wartawan, dia mengkhususkan liputan untuk berita bencana atau konflik, diantaranya dia pernah meliput eksklusif tentang bencana tsunami Aceh tahun 2004 dan gempa Nias tahun 2005 dengan terjun langsung ke daerah bencana yang terisolasi. Hasil pencitraannya kemudian  dijadikan referensi oleh wartawan lain dan stasiun televisi internasional. Pengalaman sebagai jurnalis media inilah yang kemudian membawanya berkenalan dengan Gledy Simanjuntak—sang istri yang kini menjabat sebagai Public Relation Manager Santika Premiere Dyandra Hotel and Convention Medan.

Kembali ke kopi, saya sempat menanyakan tentang harapannya terhadap kopi domestik, khususnya Kopi Sumatera yang dikenal sebagai salah satu komoditi ekspor unggulan. "Aku prihatin dengan kopi dan petani kopi di Indonesia yang terus dibodohi para pedagang atau pengumpul kopi. Kopi dari petani dibeli dengan harga murah, kemudian diekspor, lalu dijual kembali ke negara kita dengan embel-embel merk kopi dan kedai luar negeri, berharga mahal. Kenapa harus mampir ke kedai kopi milik luar negeri, padahal kopi terbaik justru diproduksi di tanah kita sendiri?!" jawabnya berapi-api. "Indonesia ini produsen kopi terbesar ketiga setelah Brazil dan Vietnam lho," sambungnya lagi.

Tak lupa, pria yang juga penggemar petualangan dengan mobil Land Rover koleksinya ini juga mengomentari tentang kebiasaan masyarakat Indonesia mengkonsumsi kopi instan/saset. "Coba kalian perhatikan keterangan yang tertulis di kemasan kopi saset, kandungan kopinya gak ada yang lebih dari 10%, tapi kenapa kok aromanya bisa tercium sampai jarak bermeter-meter? Itu karena bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan kopi saset." Menurutnya, minum kopi murni jauh lebih sehat ketimbang mengkonsumsi kopi saset. Bahkan, seperti berita yang dimuat di laman BBC, menurut penelitian tim ilmuwan Brazil dari Sao Paulo University yang dipaparkan dalam pertemuan American Society for Reproductive Medicine di San Antonio, Texas, tahun 2003 lalu, kopi juga meningkatkan kesuburan pria dengan membuat sperma mampu bergerak lebih gesit.

Ngopi Bareng Blogger Medan Community (BMC) di Omerta Koffie

Seperti kata Bang Denny, berbicara tentang kopi tak akan pernah puas karena selalu saja ada hal-hal baru yang bisa didapat dan dipelajari, seperti bagaimana benih kopi yang sama bisa memiliki cita rasa yang berbeda ketika ditanam dan dipanen di daerah yang berbeda pula. Semua tergantung pada kondisi geografis, termasuk iklim, kelembaban tanah, ketinggian dan kemiringan lahan, juga faktor biologis seperti tanaman apa yang ditanam di sekitar kopi.

Sayangnya malam semakin larut, mengingat kondisi istri saya yang sedang hamil, akhirnya kami berdua pun harus berpamitan. Tadinya saya berharap sebatas bertatap muka, berbagi ilmu dengan sesama blogger, dan minum kopi gratis, namun ternyata saya mendapat bonus berupa ilmu berharga mengenai kopi dan pelajaran kehidupan. Semoga lain waktu bisa ngopi lagi di Omerta, berbagi pengetahuan bersama sahabat, dan tentu saja sambil menikmati kopi nusantara yang disajikan langsung oleh ahlinya.

Salam,

Arisandy Joan Hardiputra

Komentar

  1. Wahhh, Seru dan Asyik ya bang, ngumpul bareng, ngopi bareng dan dapat ilmu tentang kopi juga bareng"..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pastinya, Brother!
      Semoga ke depannya acara semacam ini lebih sering digagas dan dilakukan, dengan formasi yang lebih lengkap, kegiatan yang lebih seru, dan pastinya... tulisan yang lebih bermutu.

      Hapus
  2. wah wah, selamat sebentar lagi jadi ayah ni....
    keren ulasannya bang, perlu belajar banyak aku nih hihihihi
    yahud punyalah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin!
      Makasih, Yoga. Sama-sama belajar kita biar jadi penulis yang lebih kompeten.

      Hapus
  3. wah saya orang medan..boleh gabung gk yah bg... mw sharing info bisnis yg baru saya rintis nih..
    email :gindanian@rocketmail.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gabung kemana nih, Brother? Bukan mo gabung teroris kan?!
      Silahkan aja kalo mo gabung di Blogger Medan Community (BMC), syaratnya harus punya blog.

      Hapus
  4. wah jadi pengen ke Omerta, pengen gabung BMC juga hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silahkan, Sis!
      Kalo mo nongkrong di Omerta kapan aja boleh, kebetulan owner-nya juga salah satu author Blogger Medan Community (BMC), tapi emang lebih seru kalo rame2 bareng temen2 blogger.
      Kalo untuk gabung di BMC juga gampang, syaratnya asal punya blog aja.
      Silahkan join ke https://www.facebook.com/groups/bloggermedancommunity/ untuk kenalan, diskusi, dan berbagi informasi dengan tmn2 BMC.

      Hapus

Posting Komentar

Setiap bentuk penyalinan (copying) blog ini harus menyertakan link/URL asli dari Blog CECEN CORE.

Postingan populer dari blog ini

Hours: Film Terakhir Paul Walker yang Menginspirasi Ayah; Sebuah Resensi

Cerita Liburan Long Weekend di Kota Bandung Bersama Keluarga

Pengalaman Liburan ke Ancol dan Menginap di Discovery Hotel and Convention